Louis Vuitton, produsen tas mewah asal Prancis, selama tujuh tahun berturut-turut memegang rekor merek termahal untuk kelas barang mewah.
Nilai merek Louis Vuitton milik perusahaan LVMH Moet Hennessy Louis Vuitton SA, seharga US$ 25,9 miliar atau Rp 265,5 triliun. Dibandingkan tahun lalu, menurut Millward Brown Optimor yang melakukan studi merek, tahun ini ada kenaikan 7 persen.
Di bawahnya, seperti dipublikasikan Bloomberg, Hermes - di dalamnya ada saham LVMH juga - berada di posisi kedua dengan nilai US$ 19,1, naik 61 persen dibanding tahun lalu. Sedangkan jam tangan Rolex asal Swiss, duduk di peringkat ketiga dengan nilai US$ 7,17 miliar atau naik 36 persen.
"Kemewahan menjdi investasi yang bagus, karena saat ini banyak orang lebih suka membeli barang klasik ketimbang yang sednag ngetren," ungkap Nick Cooper, Direktur Pelaksana Millward Brown. "Barang itu memanjakan para profesional muda yang pendapatan bersihnya naik, namun belum bisa membeli rumah."
Menurut hasil studi Millward, ada tiga kunci sukses barang mewah: ada sentuhan tangan pada produk itu, bernilai pusaka, dan bernilai sejarah. Karena itu, lanjut Cooper, produsen barang mewah harus merangkul pengelola merek untuk membangun nilai keuangan jangka panjangnya.
Sementara merek Channel yang berada di posisi keempat, mengalami penurunan 2 persen dibandingkan tahun lalu. Bahkan Guci turun lebih dalam, yaitu 14 persen, yang diakibatkan oleh menurunnya saham perusahaan pemilik merek itu: PPR SA.
Merek Prada yang tahun lalu masuk bursa Hong Kong dan tercatat sebagai penawaran saham perdana terbesar pada tahun itu, berada di posisi enam dengan nilai US$ 5,7 miliar. Untuk Cartier, merek perhiasan asal Jenewa mili Cie. Financiere Richmont SA persis di bawah Prada.
Untuk peringkat 10 adalah milik Burberry dengan nilai US$ 4,09 miliar. Nilai merek ini naik 21 persen dibandingkan tahun lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar